1 GRAS (General Recognized as Safe) bersifat alami, aman, dan tidak menimbulkan efek racun. 2. ADI (Accpeptable Daily Intake) ditetapkan batas penggunaanya untuk melindungi konsumen 3. Zat yang tidak layak untuk dikonsumsi contoh: boraks, formalin, dan rhodamin – b. Bahan pengawet buatan yang tidak diperbolehkan adalah formalin dan boraks. 1.
Skip to content Beranda / Gaya Hidup / Kulit dan Kecantikan / 5 Cara Agar Rambut yang Anda Warnai Tidak Pudar 5 Cara Agar Rambut yang Anda Warnai Tidak Pudar Sesekali, mewarnai rambut bisa dipilih agar penampilan Anda tidak membosankan. Apakah mau mewarnainya dengan warna merah, biru, kuning, bebas. Tetapi, kadang, yang menyebalkan dari itu adalah, warna rambut kerap tidak tahan lama, alias mudah sekali pudar. Anda pasti perlu tips untuk itu, kan? Kami akan dari Discover Good Nutrition, ada 5 tips yang dapat Anda lakukan untuk menjaga cat rambut yang diaplikasikan agar tidak mudah pudar. Apa sajakah? Berikut ulasannya! 1. Hindari Keramas Setelah Mewarnai Rambut Setelah mewarnai rambut, untuk menjaga warnanya tetap awet, tidak mudah pudar adalah jangan dulu mencucinya setelah melakukan pewarnaan. Berapa lama? Menurut Discover Good Nutrition, selama yang Anda bisa. Tunggu sampai beberapa lama sampai zat pewarna dapat menempel sempurna pada rambut. Mencucinya, terlebih menggunakan air hangat bisa membuat warna rambut cepat pudar. 2. Pilih Shampo yang Tepat Pilihan shampoo yang tepat dapat membantu Anda mempertahankan warna rambut setelah pewarnaan bertahan agak lama. Pilihlah shampoo dan kondisioner yang bebas sulfat dan lembut. Hindari keramas yang terlalu sering. Untuk alternatifnya, Anda bisa menggunakan dry shampoo berbentuk spray. Shampoo tersebut juga dapat membantu menyerap minyak berlebih pada rambut dan membuat rambut tetap wangi. 3. Lindungi Rambut Anda dari Panas Mewarnai rambut dengan warna-warna cerah, akan percuma jika Anda tidak hati-hati dalam merawatnya. Termasuk melindunginya dari panas yang berasal dari alat pengering rambut, alat pengeriting, rol, atau setrika rambut. Untuk menjaga warna pada rambut, pastikan rambut terhidrasi sepanjang hari. Pastikan rambut Anda tidak kering. 4. Hindari Sinar Matahari dan Air Kolam Renang Dua hal ini, ternyata bisa merusak pewarnaan rambut yang sudah Anda lakukan. Klorin, zat kimia yang umum terkandung dalam air kolam, juga sinar matahari, bisa membuat warna rambut cepat pudar. Bila sulit menghindarinya, Anda bisa menggunakan pelindung UV khusus rambut, juga menggunakan pelembap untuk rambut secara rutin. 5. Jangan Lupakan Warna Rambut yang Anda Pilih Terdengar tidak penting, namun sebaliknya, Anda perlu mengetahui bahwa zat pewarna, yang bila diaplikasikan kepada rambut, memiliki ketahanan yang berbeda-beda. Rata-rata, warna akan bertahan selama masa pencucian 1 hingga 2 kali saja. Bila rambut Anda diwarnai secara semi permanen, warna rambut tersebut bisa bertahan sampai 12 kali pencucian, bahkan untuk semi permanent, bisa bertahan sampai 20 kali pencucian. Mewarnai rambut agar tampilan terlihat lebih segar dan berbeda, sungguh pilihan. Tapi, jangan lupakan juga untuk merawatnya. Selamat mencoba! DokterSehat © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi SekilasBatik Tulis yang menggunakan Pewarna Alami akan terlihat "mbladus" dan mudah pudar merah, hijau orange dan lainnya. Hal ini agar pewarnaan berikutnya tidak berubah. bahan pewarna yang bisa dipakai biasanya memiliki ketahanan yang baik seperti pewarna indigosol, Napthol/Indanthreen. 3. Menggadung Yakni menyiram kain batik dengan

ArticlePDF AvailableAbstract and FiguresLimbah sintetis zat kimia dari pewarnaan tekstil menjadi salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh masyarakat dan industri fesyen saat ini. peningkatan penggunaan pewarna sintetis menghasilkan limbah zat kimia berbahaya karena merupakan limbah yang paling sulit terurai pada pembuangan akhir yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sehingga beberapa industri fesyen mulai memanfaatkan ekstrak tumbuhan sebagai bahan utama penghasil warna tekstil dalam menciptakan produk fesyen. Bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan adalah bahan alami sehingga dapat terurai dengan baik pada pembuangan akhir. Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui kegiatan kuisioner dan observasi lingkungan dan masyarakat melalui studi literatur. Tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk mengetahui proses pewarnaan alami yang diterapkan dalam produk fesyen. Dari hasil penelitian yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pewarna alam merupakan salah satu hal positif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Didukung dengan semakin banyaknya industri fesyen yang mulai beralih menggunakan pewarna alam dalam produk yang mereka hasilkan, serta adanya nilai-nilai positif yang terkandung seperti nilai fungsional, estetika, serta nilai ramah lingkungan. sehingga hal ini mengingkatnya antusiasme serta ketertarikan masyarakat untuk dalam menggunakan busana casual dari pemanfaatan pewarna alami sebagai busana dalam kegiatan sehari-hari. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. JURNAL DA MODA Vol. 4 No 2 – Mei 2023 p-ISSN 2684-9798 Print, e-ISSN 2684-9801 Online Available Online at PEMANFAATAN PEWARNA ALAM DALAM MENGHASILKAN KARYA FESYEN Studi Kasus Produk Busana Casual Pria dan Wanita Komang Ayu Niken Permatasari1, Ni Putu Emilika Budi Lestari2 1Program Studi Desain Mode, Institut Desain dan Bisnis Bali 2Program Studi Desain Komunikasi Visual, Institut Desain dan Bisnis Bali e-mail nikenpermataas emilika Received Februari, 2023 Accepted April, 2023 Publish online Mei, 2023 Synthetic waste chemical substances from textile dyeing is one of the problems that society and the fashion industry are still facing. The increasing use of synthetic dyes produces hazardous chemical waste because it is the most difficult waste to decompose in final disposal, impacting environmental damage and public health. As a result, several fashion industries have begun to utilize plant extracts as the main ingredient for producing textile colors in creating fashion products. The materials used in the coloring process are natural, so they can decompose properly in final disposal. The type of research used is descriptive qualitative with data collection through questionnaire activities and community environmental observations through literature studies. The purpose of this research is to find out the natural coloring process that is applied to fashion products. From the research results, it can be concluded that using natural dyes is a positive thing for the environment and public health. Supported by the increasing number of fashion industries that are starting to switch to using natural dyes in the products they produce, as well as the positive values contained such as functional, aesthetic, and environmentally friendly values. This increases the enthusiasm and interest of the public to use casual clothing from the use of natural dyes as clothing in daily activities. Key words synthetic waste, utilization, natural dyes, casual wear, the fashion industry Limbah sintetis zat kimia dari pewarnaan tekstil menjadi salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh masyarakat dan industri fesyen saat ini. peningkatan penggunaan pewarna sintetis menghasilkan limbah zat kimia berbahaya karena merupakan limbah yang paling sulit terurai pada pembuangan akhir yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sehingga beberapa industri fesyen mulai memanfaatkan ekstrak tumbuhan sebagai bahan utama penghasil warna tekstil dalam menciptakan produk fesyen. Bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan adalah bahan alami sehingga dapat terurai dengan baik pada pembuangan akhir. Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui kegiatan kuisioner dan observasi lingkungan dan masyarakat melalui studi literatur. Tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk mengetahui proses pewarnaan alami yang diterapkan dalam produk fesyen. Dari hasil penelitian yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pewarna alam merupakan salah satu hal positif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Didukung dengan semakin banyaknya industri fesyen yang mulai beralih menggunakan pewarna alam dalam produk yang mereka hasilkan, serta adanya nilai-nilai positif yang terkandung seperti nilai fungsional, estetika, serta nilai ramah lingkungan. sehingga hal ini mengingkatnya antusiasme serta ketertarikan masyarakat untuk dalam menggunakan busana casual dari pemanfaatan pewarna alami sebagai busana dalam kegiatan sehari-hari. Kata Kunci limbah sintetis, pemanfaatan, pewarna alam, busana casual, industri fesyen PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu Negara dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Keanekaragaman hayati merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan sosial ekonomi dan kebudayaan manusia. Beberapa jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan untuk kesehatan serta bahan baku yang menunjang kehidupan manusia. Salah satunya adalah pemanfaatan pewarna alami yang dibuat dengan memanfaatkan sumber daya alam. Dalam kondisi ini, menuntut kita agar dapat mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber daya alam secara benar, salah satu sumber daya alam yang dapat digunakan adalah zat pewarna alam ZPA. Bagian-bagian tanaman yang bisa digunakan sebagai bahan pewarna alami yaitu mulai dari kulit, daun, akar, buah, serta biji dari tumbuhan. Awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna yang berasal dari bahan alam. Namun, seiring dengan perkembangan zaman ditemukannya zat pewarna sintetis sehingga penggunakan pewarna alam semakin terkikis atau sedikitnya penggunaan zat pewarna alam yang digunakan. zat warna alam sedikit ditinggalkan karena beberapa kendala, antara lain adalah sulitnya dalam mencari bahan, dan rumitnya proses pembuatan yang menghabiskan banyak waktu dan keterbatasan warna yang dihasilkan karena sebagian besar dari hasil pewarnaan zat alam mengeluarkan warna yang monoton, seperti warna biru dan coklat. selain itu, proses pewarnaan atau pencelupan dengan zat warna alam memerlukan waktu yang tergolong lebih banyak dilakukan pengulangan. Dimana hal ini juga berdampak dalam harga pasar yang diberikan kepada masyarakat. Busana yang paling banyak dihasilkan oleh industri fesyen dengan menggunakan pewarna sintetis salah satunya adalah busana casual baik pria maupun wanita. Jenis-jenis pakaian casual meliputi kaos, jeans, gaun, atasan, blus, rok dan lain-lain. Pada era sekarang, atau era milenial busana casual berkembang sangat pesat dikalangan masyarakat Busana casual merupakan busana yang sederhana, praktis, nyaman dipakai, serta memiliki ukuran yang longgar. Busana ini biasanya digunakan sehari-hari dalam kegiatan formal atau non-formal tetapi tetapi disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan [1]. Model dari busana casual bisa berupa rok, blus, kemeja, jaket, celana, atau dress. Pada sisi lain, menurut sarah sax, 2018 sejak tahun 2000 sampai dengan sekarang, data produksi busana sedunia tercatat meningkat 2 kali lipat. Rata-rata konsumen membeli baju, celana, atau jaket lebih banyak 60 persen tiap tahun dibanding tahun-tahun awal di-abad 21 [2]. Menurut wibesite Ellen Macarthur Foundation dalam artikel fashion menyebutkan bahwa industri fesyen menghasilkan emisi gas lebih merusak dibanding gabungan industri pelayaran dan penerbangan. Jumlah limbah dari aktivitas pembuatan busana pria dan wanita seperti baju, celana, hingga sepatu diseluruh dunia semakin meningkat, seiring dengan banyaknya juga air bersih terbuang demi mengikuti tren fesyen [3]. Fenomena dari perkembangan industri fesyen yang sangat pesat tersebut terdapat banyaknya potensi dampak buruk yang dihasilkan. Yaitu banyaknya sektor industri fesyen menggunakan material atau bahan baku yang tidak ramah lingkungan. Salah satunya penggunaan zat warna sintesis yang berdampak buruk bagi kesehatan kulit dan hasil dari limbah zat pewarna sintesis dapat merusak lingkungan serta ekosistem alam. Menurut data Biro Pusat Statistik tahun 2000 bahwa kebutuhan zat pewarna baik untuk keperluan proses produksi maupun industri meningkat tiap tahunnya. Tingginya pemakaian zat pewarna pada kegiatan industri tertentu membawa dampak pada peningkatan jumlah bahan pencemar dalam limbah cair yang dihasilkan Nugroho, 2005. Menurut Selvam 2003, sekitar jenis pewarna digunakan pada industri tekstil dan lebih dari 7x105 ton bahan pewarna yang diproduksi tiap tahunnya. Selama proses pewarnaan berlangsung, 10-15% dari zat warna tekstil yang digunakan akan terbuang bersama limbah [4] yang dimana limbah tersebut dapat merusak ekosistem yang berada pada lingkungan sekitar. Mukhlis 2011 menyebutkan bahwa zat pewarna alam selain aman dan ramah lingkungan juga lebih disukai oleh konsumen karena mempunyai warna-warna yang indah dan khas sehingga sulit ditiru oleh zat pewarna sintetis. Perwarna alami juga merupakan alternatif pewarna yang tidak beracun dan dapat diperbaharui renewable, dan mudah tergredasi dan ramah lingkungan Yernisa, dkk.,2013 [5]. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai zat warna alam yaitu kulit, batang, daun, bunga, biji, akar, serta ranting dan juga getah dari tumbuhan. Zat warna alam ini juga didapatkan dari proses perebusan ekstrak pada bagian tanaman yang memiliki atau mengandung pigmen warna. Dengan menggunakan pewarna alam yang berasal dari tumbuhan dapat membantu mengurangi jumlah penggunaan zat kimia atau sintetis dan mampu menjaga kelestarian alam pada masa yang akan datang. Selain menjaga kelestarian alam, zat pewarna alam juga memberikan efek positif bagi kesehatan pada tubuh. Penggunaan dari zat pewarna alam ini juga dapat meningkatkan mutu dari produk fesyen yang dihasilkan. Oleh karena adanya permasalahan yang muncul, dalam penelitian ini lebih lanjut akan dikupas atau diteliti tentang pemanfaatan pewarnaan tekstil dalam menghasilkan karya fesyen dalam berbagai produk, salah satunya adalah produk busana casual pria dan wanita dimana dalam kasus ini setidaknya dapat meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan bahan-bahan atau busana dari pewarnaan alami sebagai media dari pembuatan busana yang digunakan dan membantu mengurangi pencemaran lingkungan dan juga menjaga kesehatan dari paparan zat kimia yang berbahaya yang mampu menyebabkan penyakit pada kulit. METODE PENELITIAN Dari objek serta hasil yang akan dapatkan, jenis penulisan yang digunakan adalah penulisan deskriptif kualitatif. Secara umum, deskriptif kualitatif adalah salah satu teknik atau metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif, dan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih menekankan pada pengamatan fenomena dan insting dari penulis [6] . Jenis pengumpulan data ini menggunakan pengumpulan secara deskriptif kualitatif bermaksud untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai pemanfaatan pewarna alam pada karya fesyen pada studi kasus busana casual pria dan wanita serta dampak yang dihasilkan oleh industri fesyen. Selanjutnya dilakukan kegiatan pengumpulan data melalui kegiatan kuisioner serta observasi melalui kajian internet menggunakan studi literatur. Kegiatan pengumpulan data secara kuisioner dilakukan dengan cara menyebarkan pertanyaan kepada responden mengenai penggunaan pewarna alam dalam busana casual pria dan wanita serta tanggapan masyarakat terkait dengan pengunaan serta saran dan harapan bagi industri fesyen. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan memanfaatkan platform google form atau g-form sebagai platform dalam pengumpulan data penelitian. Kuisioner ditujukan kepada masyarakat pria dan wanita dengan usia rata-rata 18 tahun keatas yang gemar dalam fesyen dan memiliki ketertarikan pada alam. Pengumpulan data kedua dilakukan menggunakan metode observasi mengenai fenomena penggunaan busana casual pria dan wanita serta kajian internet menggunakan studi literatur dalam mengumpulkan beberapa data serta informasi untuk memperkuat penelitian yang dituju. Pada observasi fenomena serta kajian internet, penulis memanfaatkan beberapa media platform seperti menggunakan wibesite, blog, google, e-jurnal, e-skripsi mengenai sumber zat pewarna hingga proses pengaplikasian pewarna alam pada tekstil serta membahas mengenai fenomena yang terjadi pada pasar. Dan media lainnya dalam membantu menyempurnakan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data/Hasil Sukmadinata 2017 72 penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjabarkan fenomena yang ada, baik fenomena alami maupun fenomena buatan manusia bisa mencakup aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena satu dengan fenomena lain [7]. Menurut Arikunto 2002, data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk Menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan [8]. Sumber Zat Pewarna Alami Sumber pewarna alami adalah yang berasal dari tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme Aberoumand, 2011; Rymbai et al., 2011; Gupta et al., 2011. Visalakshi dan Jawaharlal 2013 menyatakan bahwa pewarna alami dapat diperoleh dari tumbuhan, binatang, atau mineral. Jenis pewarna dari serat alam disebut serta selulosa cellulose [9]. Hampir semua bagian tumbuhan apabila di ekstrak dapat menghasilkan warna, seperti bunga, buah, daun, biji, kulit, batang, kayu, dan akar. Beberapa bagian tumbuhan bisa digunakan dalam membuat warna alami yang bisa ditemukan di indonesia. Daun Ketapang Terminalia catappa menghasilkan tiga warna mulai dari warna olive, kuning kecoklatan, hingga warna hitam tergantung dengan campuran bahan yang digunakan, tumbuhan secang Biancaea sappan menghasilkan warna merah alami, tumbuhan mahoni Swietenia mahagoni penghasil warna coklat, daun manga Mangifera indica penghasil warna kuning, dan beberapa warna seperti warna biru yang dihasilkan dari tumbuhan Indigofera Indigofera tinctoria penghasil warna biru indigo. Pada proses pembuatan warna ini dilakukan proses Isolasi pigmen/pewarna alami dari tumbuhan dapat dilakukan dengan cara mengekstrak bagian dari tumbuhan tersebut. Zat pewarna alam dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari perbagai bagian tanaman menggunakan pelarut air pada suhu yang tinggi. dan juga menggunakan waktu estimasi pembuatan kurang lebih 24 jam[9]. Setelah itu dilakukan proses pencelupan pada warna hingga menghasilkan warna yang diinginkan pada kain Gambar 1 Shades Of Natural Dyes Manual Sumber 28 Nop 2022 Setelah melewati berbagai proses pewarnaan alam sampai proses akhir, kain yang sudah jadi selanjutnya bisa digunakan untuk membuat suatu produk fesyen. Salah satunya adalah pembuatan busana casual pria dan wanita dengan menggunakan pemanfaatan pewarna alam. Dimana busana casual semakin hari semakin dibutuhkan dan diminati oleh masyarakat dalam memenuhi gaya berpakaian sehari-hari yang diinginkan. Gambar 2 Busana Casual Dengan Menggunakan Pewarna Alam. Sumber Natural dyeing fashion product diakses pada 2 November 2022 Dalam pengujian deskripsi data ini, peneliti mencoba untuk mengetahui mengenai deskripsi diri, pengetahuan mengenai warna serta ketertarikan responden terhadap penggunaan pewarna alam dalam busana casual pria dan wanita yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Dari pengumpulan data hasil dari jawaban responden, dengan jumlah 64 responden dengan menggunakan platform google form atau gform serta penulis menggunakan pengumpulan data melalui observasi fenomena dan kajian internet menggunakan studi literatur dalam memenuhi data penelitian. Table 1 Hasil uji frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden Sumber data pribadi diolah pada tahun 2022 Hasil data menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis responden yaitu dengan jenis kelamin pria dengan jumah 19 orang dan jenis kelamin wanita dengan jumlah 45 orang. total keseluruhan responden pada penelitian ini berjumlah 64 orang. Tabel 2 Hasil uji frekuensi berdasarkan usia responden Sumber data pribadi diolah pada tahun 2022 Hasil data uji frekuensi menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia yaitu dengan usia kurang dari 17 tahun sebanyak 0 orang, dengan usia 17-25 tahun sebanyak 44 orang, 26-35 tahun sebanyak 8 orang, 36-45 tahun sebanyak 8 orang, dan usia lebih dari 45 tahun sebanyak 4 orang. dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia penelitian ini didominasi oleh responden dengan usia 17-25 tahun sebanyak 44 orang. Table 3 Hasil uji frekuensi berdasarkan pekerjaan responden Sumber data pribadi diolah pada tahun 2022 Hasil dari data frekuensi menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yang dimiliki yaitu pekerjaan sebagai pelajar sejumlah 2 orang, pekerjaan sebagai mahaiswa sejumlah 39 orang, pekerjaan sebagai wiraswasta sejumlah 1 orang, pekerjaan sebagai PNS sejumlah 4 orang, dan pekerjaan sebagai wiraswasta sejumlah 18 orang. dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden berdasarkan oleh pekerjaan yang mereka miliki didominasi oleh pekerjaan sebagai pelajar dengan total 39 orang dari 64 responden. Grafik batang 1 Hasil uji frekuensi berdasarkan asal daerah responden Sumber data pribadi diolah pada tahun 2022 Dari hasil data frekuensi menunjukan bahwa karakterisktik responden berdasarkan daerah asal yang mereka tempati, yang paling mendominasi adalah para responden denga nasal daerah yang bertempat di Bali, dimana secara perhitungan manual, terdapat 39 orang berasal dari Bali dan Sebagian responden berasal dari luar Bali sebanyak 25 orang seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Sulawesi, Bandung, Yogyakarta, Kalimantan, dan juga NTT. Grafik Diagram 2 Hasil frekuensi mengenai ketertarikan pada alam Sumber data diolah pada tahun 2022 Hasil dari data frekuensi menunjukan mengenai ketertarikan responden terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam di dominasi presentase dimana 61 orang menyatakan bahwa mereka memiliki ketertarikan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan alam, dan sebagian dari responden menyatakan bahwa mereka tidak tertarik dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan alam 1 orang, tidak terlalu tertarik dengan alam 1 orang, dan depens atau tergantung dengan ketertarikan pada alam 1 orang. Grafik Diagram 3 Hasil frekuensi mengenai menyukai produk dari pemanfaatan alam sehari-hari Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Dari grafik diagram diatas menunjukan Sebagian besar responden dengan presentase atau 58/64 orang responden menyukai menggunakan produk dari pemanfaatan alam untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dan Sebagian dari responden menyatakan tidak menyukai menggunakan produk dari pemanfaatan alam dengan presentase 3 orang, lumayan menyukai 1 orang, tidak terlalu 1 orang, dan tidak selalu menggunakan produk dari pemanfaatan alam 1 orang. Grafik Diagram 4 Hasil frekuensi responden menyukai warna yang dihasilkan oleh pewarna alam Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Dari grafik diagram dilihat bahwa hampir seluruh responden 63 dari 64 orang menyukai warna yang dihasilkan oleh pewarna alam dan 1 diantaranya menyebutkan bahwa mungkin antara menyukai atau tidak menyukai warna yang dihasilkan oleh pewarna alam. Grafik diagram 5 Hasil frekuensi responden menyukai warna yang diaplikasikan ke dalam busana casual Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Pada grafik diagram ini menyatakan bahwa seluruh responden menyukai warna yang dihasilkan oleh pewarna alam yang diterapkan kedalam busana casual pria dan wanita. Grafik diagram 6 Hasil frekuensi responden yang memiliki ketertarikan dalam menggunakan busana casual Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Dari hasil data frekuensi menunjukan hal apa yang menjadi ketertarikan responden dalam menggunakan busana casual dari pemanfaatan pewarna alam dan didominasi oleh responden dimana 41% 26 responden tertarik karena warna yang dihasilkan oleh pewarna alam dalam busana casual, 4% 4 orang memilih tertarik karena proses pembuatan, sebanyak 28% 18 responden tertarik karena ramah lingkungan dan berkaitan dengan alam, 16% 10 responden memilih karena dampak yang dihasilkan seperti pencemaran limbah dan gangguan ekosistem, dan 9% 6 responden memilih lainnya atau hanya tertarik tanpa memberikan alasan. Grafik Batang 7 Hasil frekuensi responden mengenai desain yang diminati Sumber data diolah tahun 2022 Hasil data frekuensi menyebutkan bahwa desain yang diminati oleh responden di dominasi oleh pilihan lainnya sebanyak 23 responden menyebutkan memilih desain outer, blouse, kemeja, celana dan lain-lain sebagai desain yang diharapkan. Selanjutnya sebanyak 16 responden memilih desain yang simple dan minimalis, sebanyak 9 responden memilih warna seperti warna earthtone atau warna alam, sebanyak 5 responden memilih desain yang elegant , dan lainnya seperti desain yang mudah di mix and match, feminism romantic, nyaman, trendy, formal atau semi formal, tradisional, hingga pakaian streetwear. Total keseluruhan responden sebanyak 64 orang dengan jumlah pilihan lebih dari satu. Grafik Diagram 8 Hasil frekuensi mengenai saran dan pendapat bagi industri fesyen dalam produk Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Dari hasil frekuensi pada diagram batang, saran serta pendapat masyarakat terhadap industri fesyen yang bergerak atau menekankan penggunaan pewarna alam dalam produk yang dirancang didominasi oleh responden sebanyak 38% 23 orang memilih agar industri fesyen tetap konsisten dalam menggunakan pewarnaan alam atau bahan-bahan yang digunakan sebagai pewarna alam, sebanyak 27% 16 orang memilih selain menggunakan pewarna alam, industri fesyen harus juga meningkatkan value dari produk yang dihasilkan mulai dari proses pembuatan hingga pemasaran kepada masyarakat. Sebanyak 11% 7 orang menyatakan bahwa industri fesyen juga tetap mempelajari atau belajar dari dampak yang dihasilkan oleh limbah fesyen, sebanyak 5% 3 orang menyatakan bahwa industri fesyen juga turut memperbanyak warna yang dihasilkan sehingga masyarakat bisa memilih warna yang disukai, sebanyak 2% 1 orang menyatakan selain menggunakan pemanfaatan alam, industri fesyen juga turut mengambil alih dalam pelestarian alam, sebanyak 2% 1 orang juga memilih bahwa penerapan pewarnaan alam bisa menjadi salah satu motivasi terbaru dalam fesyen. dan sebagian responden sebanyak 15% 9 orang memilih lainnya atau hanya setuju tanpa memberikan alasan. Berdasarkan pada survey global yang dilakukan populix dalam gaya berbusana masyarakat Indonesia dalam memilih gaya untuk berbusana 2022 dimana pada survey global yang dilakukan, sebanyak 68% masyarakat memilih busana casual sebagai gaya berpakaian masa kini [10]. Grafik Batang 9 Hasil frekuensi global mengenai gaya busana tahun 2022 Sumber survey gaya busana 2022 diakses pada tanggal 11 September 2022 Data tersebut membuktikan bahwa masyarakat pada era sekarang lebih menyukai menggunakan pakaian casual nomer dua setelah gaya berpakaian yang simple. Banyaknya permintaan busana casual ini menyebabkan para industri fesyen mulai dalam memproduksi pakaian-pakaian busana casual demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Pembahasan 1. Proses Pembuatan Pewarna Alami Agar warna yang dihasilkan dapat terikat dengan baik, dalam pembuatan pewarnaan alam menggunakan beberapa metode dalam pembuatannya. Yang pertama adalah teknik mordanting. Menurut Noor 2007137 mordanting adalah proses untuk meningkatkan daya tarik warna alam terhadap bahan tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan ketajaman warna warna yang baik [11]. Wijaya 20103 mengatakan bahwa cairan yang dapat mengikat warna adalah tawas, jeruk nipis, kapur sirih, tunjung, gula kelapa, gula jawa, cuka, air tapai, dan lain-lain sebagai mordan untuk mengikat warna pada tekstil [12]. Cara dalam pengaplikasiannya yaitu dengan merendam kain pada mordan dan dilakukan perendaman atau pencelupan dengan waktu perendaman selama Pada kegiatan mordan, air direbus dengan suhu 50-60 derajat. Tujuan dari perebusan kain pada proses mordan adalah untuk membuka pori-pori kain agar warna bisa masuk kedalam pori-pori kain, dan menghilangkan lapisan-lapisan berupa lapisan kanji yang berada pada kain yang akan dilakukan proses morndan. Gambar 3 Teknik Mordanting Sumber Diakses pada tanggal 28 Novermber 2022 Proses selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan menggunakan ekstrak tumbuhan yang sudah dilakukan perebusan selama kurang lebih 30-1 jam. Kain yang sudah menjalanin proses mordanting akan diangkat dan dimasukan kedalam wadah yang berisikan ZPA Zat Pewarna Alam. Dalam proses pencelupan rata-rata waktu yang diperlukan 10-15 menit persesi tergantung dari kepekatan warna yang diinginkan seperti melakukan proses pencelupan 8 sesi untuk agar warna yang dihasilkan lebih gelap dan melakukan pencelupan 1-2 sesi untuk hasil warna yang dihasilkan bewarna muda. Gambar 4 Proses pewarnaan kain dengan ekstrak tumbuhan Sumber CV. Tarum Bali 18 november 2022 Setelah proses pencelupan selesai, dilanjutkan pada metode terakhir yaitu metode fikstator. Selain mengarahkan warna, tujuan utamanya adalah mengunci warna agar warna tidak hilang saat dilakukan proses pembilasan. Pada proses fisktator yang digunakan tergantung dari asam dan basa. Fikstator yang digunakan antara lainnya adalah tanjung yang bersifat asam, tawas, kapur yang bersifat basa, dan cuka. Jika warna yang diinginkan cenderung lebih terang dapat menggunakan fiksator basa seperti menggunakan kapur, dan menggunakan fisktator dari air tawas dalam menghasilkan warna yang tetap seuai dengan warna pada proses pencelupan [13]. Sedangkan penggunaan fikstator asam akan mengarahkan warna menjadi lebih redup atau gelap. Kecuali pada warna indigo menggunakan fikstator cuka dalam mengunci warna. Proses fiksasi dilakukan 10-15 menit persesinya. Gambar 5 Proses Fiksator – Sample kain dengan menggunakan pewarna dari serabut kelapa Sumber dokumen pribadi 25 November 2022 2. Proses Perawatan Kain Dari Pewarna Alam Beberapa hal yang harus diketahui mengenai perawatan produk. Secara umum, diketahui bahwa pewarna alam memiliki tingkat resiko pudar saat dilakukan proses pencucian. Hal ini menjadi permasalahan yang ditakutkan sebagian masyarakat dalam menggunakan produk dari perwarnaan alam. Menurut Bapak Hendra selaku owner dari CV. Tarum Bali mengungkapkan bahwa pewarnaan alam akan mengalami kepudaran jika sering melewati proses pencucian dan proses pengeringan. Tetapi proses pudar yang dihasilkan biasanya memiliki presentase yang berbeda-beda tergantung dari bahan yang digunakan dalam mencuci kain dari pewarna alam. Biasanya presentase penurunan warna diangka 20-30%. Misalnya jika warna awal yang digunakan adalah warna gelap, sedikit demi sedikit akan menghasilkan warna terang. Hal inilah yang menjadi tingkat kesulitan dalam proses perawatan produk dari bahan alam karena penguncian warna alam tidak bisa sempura seperti penguncian warna yang menggunakan bahan kimia. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam perawatan produk dengan pewarna alam yaitu; 1. dengan menggunakan detergen ber-pH normal atau detergen dengan bahan alami sehingga warna pada kain tidak cepat luntur. 2. Menjemur di tempat yang tidak langsung berpapar pada sinar matahari. Jika kain pewarna alam dijemur langsung mengenai sinar matahari, warna akan menjadi cepat pudar. Gambar 6 Natural Dyes Sumber Diakses pada tanggal 28 November 2022 3. Kendala Proses Pewarnaan Alam Selain itu adanya beberapa kendala yang dihasilkan saat proses pewarnaan alam berlangsung karena hasil dari ekstrak daun tidak selalu sama karena tipe tumbuhan pada saat penanaman sampai pada proses ekstraksi warna yang dihasilkan tidak selalu sama. Hal ini membuat salah satu kendala yang berada pada industri fesyen konsistensi warna yang dihasilkan sehingga pada proses pencelupan harus di kalibrasikan secara manual. Hal tersebut tidak membuat para industri fesyen yang bergerak dalam pewarnaan alami menyerah, tetapi tetap membuat mereka semakin giat dalam memasarkan produk yang mereka hasilkan. Salah satunya adalah dengan memproduksi busana casual yang diminati oleh masyarakat baik pria dan wanita, hal ini dikarenakan pakaian casual memiliki tingkat penggunaan dan ketertarikan yang besar. Menurut data global mengenai penggunaan busana, busana casual merupakan busana yang disukai oleh masyarakat di tahun 2022. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner menyebutkan bahwa penggunaan pewarna alam dalam karya fesyen. Selain memberikan dampak positif bagi kesehatan serta alam, juga memberikan ketertarikan dalam berbusana dengan memanfaatkan pewarna alam sebagai pewarna tekstil yang digunakan dalam produk fesyen. Selain warna yang dihasilkan dari pewarna alam memiliki warna yang unik, pewarnaan alam tentunya menerapkan konsep ramah lingkungan yang dimana pada konsep ini sangat mengacu kepada antusiasme masyarakat dalam menerapkan konsep ramah lingkungan pada kehidupan sehari-hari karena mampu menghasilkan produk yang bisa menjaga kesehatan dan bahan yang digunakan pada pewarnaan alam hingga produk jadi merupakan bahan dengan natural yang dalam prosesnya tidak menggunakan zat kimia. selain itu, menurut data kuisioner sebagian responden menyatakan bahwa hasil warna yang dihasilkan dari ekstrak tumbuhan memiliki warna yang khas serta warna yang unik serta warna yang dihasilkan tidak terlalu mencolok tetapi menghasilkan warna yang soft atau warna lembut. Dimana warna khas tumbuhan sulit dicontoh oleh pewarna sintetis. Hal tersebut menjadi nilai plus dari penggunaan pewarnaan alami pada produk fesyen. Dari ketertarikan dan antusiasme masyarakat dalam dalam merapkan konsep ramah lingkungan pada kehidupan sehari-hari membuat beberapa industri fesyen mulai bergerak dalam menghasilkan produk sesuai dengan permintaan pasar yang ada. Dari hasil kuisioner responden serta hasil data global mengenai tren busana 2022 masyarakat dengan tingkat dan minat dalam menggunakan pakaian casual memiliki peringkat kedua setelah pakaian dengan tren simple. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai permintaan pasar terkait dengan busana casual baik pria dan wanita membuat para industri fesyen yang bergerak dalam bidang pewarnaan alam turut serta memproduksi busana casual. Desain yang digunakan cenderung simple dan nyaman dilihat serta digunakan. Busana casual merupakan busana yang terus berkembang mengkuti tren fesyen seiring dengan berjalannya waktu. Didukung oleh keadaan pasar fesyen yang sudah mulai mengerti serta peduli terhadap pentingnya penerapan ramah lingkungan pada fesyen tersebut. Masyarakat juga mendukung industri fesyen dalam memproduksi busana dari hasil pemanfaatan alam seperti penggunaan pewarna alam yang digunakan sebagai warna dalam tekstil. dan mengharapkan para industri fesyen bisa lebih mengembangkan serta memproduksi busana yang ramah lingkungan yang dimana perlahan bisa mengurangi peningkatan penggunaan pewarna sintetis dan seiring berjalannya waktu. Tetapi, selain menggunakan pewarna alam sebagai pewarna tekstil, para industri fesyen juga tetap harus menjaga dan melestarikan tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan pewarnaan alam sehingga tumbuhan yang digunakan tidak habis atau tidak punah tetapi bisa terus digunakan. Berdasarkan pemaparan data serta pembahasan diatas, maka dilakukan Analisa SWOT mengenai penggunaaan pewarna alam dalam produk fesyen dalam studi kasus produk casual pria dan wanita. Kekuatan atau strength Dari isu-isu serta dampak yang dihasilkan oleh penggunaan pewarna sintetis pada fesyen membuat para industri fesyen mulai menggunakan sumber daya alam SDA sebagai bahan atau material utama dari pembuatan warna tekstil. selain menerapkan konsep ramah lingkungan juga menjadi salah satu keunggulan karena secara langsung turut menjaga serta melestarikan alam dan mampu mengajak masyarakat kembali dalam menggunakan produk berbahan dasar alam sehingga meminimalisir penggunaan pewarna sintetis pada produk fesyen salah satunya adalah busana casual pria dan wanita yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan weakness dari fenomena ini dapat diketahui mengenai proses pewarnaan hingga proses produksi busana casual memerlukan waktu yang sangat lama, dikarekan proses pewarnaan atau pencelupan dengan zat warna alam memerlukan waktu yang tergolong lebih banyak dilakukan pengulangan. Dimana hal ini juga berdampak dalam harga pasar yang diberikan kepada masyarakat terhadap produk khususnya busana casual yang memiliki harga jauh lebih mahal dibandingkan dengan busana casual yang dibuat dengan menggunakan metode pewarnaan sintetis. Selain itu, keluhan dari beberapa masyarakat mengenai proses perawatan karena busana alam memiliki cara perawatan yang tidak cukup mudah seperti perawatan pada busana dengan pewarna sintetis. Hal ini menjadi suatu kelemahan dari penggunaan pewarna alam pada produk fesyen. Adanya ancaman threat mengenai banyaknya para industri fesyen yang masih menggunakan pewarna sintetis dan memberikan harga produk yang di produksi menjadi lebih murah dibandingkan dengan pewarnaan alami yang dimana hal ini sangat diminati oleh beberapa masyarakat yang lebih mementingkan suatu harga yang murah tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan. Dengan adanya Kesempatan opportunity yaitu dengan adanya kesadaran baik kesadaran masyarakat serta kesadaran para industri fesyen yang lebih mengerti mengenai penggunaan produk ramah lingkungan dan beberapa masyarakat juga lebih memilih menggunakan produk fesyen salah satunya adalah busana casual sebagai busana yang digunakan sehari-hari dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan beberapa diantaranya masyarakat juga menginginkan produk yang digunakan dari pewarnaan alam sehingga turut serta dalam menjaga alam serta ekosistem. KESIMPULAN Limbah zat kimia yang dihasilkan dari pewarna sintetis pada bahan tekstil menjadi salah satu masalah utama yang terjadi di lingkungan dan masyarakat, dengan memanfaatkan sumber daya alam SDA salah satunya pemanfaatan tumbuhan sebagai sarana dalam pembuatan pewarna alam pada bahan tekstil dapat mengurangi dampak buruk dari limbah zat kimia tersebut. Pemanfaatan ekstrak tumbuhan dalam menghasilkan warna alam yang dapat dimanfaatkan sebagai warna tekstil merupakan salah satu hal positif karena dapat mengurangi pencemaran lingkungan. terlebih penggunaan busana casual adalah busana yang paling banyak dan sering digunakan oleh masyarakat baik pria dan wanita. Hal tersebut yang membawa beberapa para industri fesyen mulai menggunakan pewarnaan alam pada produk busana yang mereka hasilkan. Beberapa industri fesyen juga menambahkan tambahan lain selain nilai fungsional maupun estetika yang diterapkan dalam desain busana casual sehingga masyarakat menjadi tertarik dalam membeli produk fesyen yang ditawarkan oleh para industri fesyen. Seperti menambah nilai ramah lingkungan dan nilai warna yang dihasilkan serta teknik yang digunakan pada setiap proses pembuatannya. Hal ini menjadi nilai plus dari industri fesyen dalam menghasilkan busana casual menggunakan pemanfaatan alam. Untuk dapat disukai oleh pasar, selain produk yang dihasilkan merupakan jenis produk yang dibutuhkan oleh masyarakat, juga disesuaikan dengan trend yang berada dipasaran karena sebuah trend merupakan suatu hal yang berperan penting dalam fesyen. Dengan adanya nilai-nilai tersebut diharapkan melalui karya ilmiah ini dapat membantu para industri fesyen sedikit demi sedikit beralih menggunakan pewarnaan alam pada produk yang mereka hasilkan serta kesadaran masyarakat mengenai pencemaran lingkungan dengan turut serta menggunakan busana casual dari pemanfaatan pewarna alam sebagai busana sehari-hari. DAFTAR SUMBER [1] T. Prihatin and S. M. Kusumasari, “Perancangan Busana Casual Wanita Dari Bahan Jumputan Dipadu Bahan Lurik,” J. Socia Akad., vol. 6, no. 1, pp. 1–8, 2020, [Online]. Available [2] S. Sax, “Fashion Adalah Industri Paling Banyak Menghasilkan Polusi di Dunia,” 2018. accessed Dec. 01, 2022. [3] Ellen Macarthur Foundation, “A New Textiles Economy Redesigning Fashion’s Future.” accessed Dec. 22, 2022. [4] Debby Rakhmawati, “REMENDIASI LIMBAH PROSES PEWARNA NAPOL JEANS DENGAN SISTEM LUMPUR AKTIF MENGGUNAKAN BAKTERI INDIGENUS,” pp. 10–26, 2015, [Online]. Available [5] E. Septianti Putri and D. Widihastuti, “Pemanfaatan Daun Mimba Sebagai Zat Warna Alam Tekstil,” pp. 1–12, 2019, [Online]. Available [6] Latifah Uswatun Khasanah, “Penelitian Kualitatif Teknik Analisis Data Deskriptif,” wibesite, 2021. accessed Dec. 23, 2022. [7] Krisnan, “8 Pengertian Penelitian Deskriptif Menurut Para Ahli,” wibesite, 2022. accessed Dec. 22, 2022. [8] “Pengertian Data Serta Definisi Data Menurut Para Ahli - Definisi dan Pengertian Menurut Ahli,” 2016. accessed Dec. 22, 2022. [9] T. Pujilestari, “Review Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam untuk Keperluan Industri,” Din. Kerajinan dan Batik Maj. Ilm., vol. 32, no. 2, pp. 1–14, 2015, doi [10] V. A. Dihni, “Survey Mayoritas Masyarakat Indonesia Memilih Gaya Simple untuk Tren Busana 2022,” wibesite 2022. accessed Dec. 23, 2022. [11] E. Amelia, Adriani, and Y. Idrus, “PERBEDAAN TEKNIK MORDANTING TERHADAP HASIL PENCELUPAN ZAT WARNA ALAM EKSTRAK DAUN KELADI HIAS Philodendron DENGAN MORDAN AIR TAPAI PADA BAHAN SUTERA,” Teach. Teach. Educ., vol. 12, no. 1, pp. 1–16, 2015, [Online]. Available [12] S. MARTALINDA, “Pengaruh Mordan Air Kelapa Pada Pencelupan Bahan Katun Menggunakan Ekstrak Umbi Temulawak Curcuma Xanthorriza Roxb,” E-Journal Home Econ. Tour., vol. 2, no. 1, pp. 1–16, 2013. [13] D. A. Yonanda, “Pengaruh Jenis Zat Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Tekstil Katun, Sutera, Satin Menggunakan Zat Warna Biji Buah Durian Durio zibethinus Murray,” Tugas Akhir Skripsi, vol. 6, no. 1, pp. 1–148, 2019. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this PujilestariABSTRAKPada umumnya pewarna sintetis memiliki beberapa keunggulan antara lain; jenis warna beragam dengan rentang warna luas, ketersediaan terjamin, cerah, stabil, tidak mudah luntur, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya mewarnai kuat, mudah diperoleh, murah, ekonomis, dan mudah digunakan. Namun demikian penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan serta berpengaruh kurang baik terhadap semua bentuk kehidupan. Pewarna alami bersifat tidak beracun, mudah terurai, dan ramah lingkungan. Sumber utama pewarna alami adalah tumbuhan dan mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam seperti; merah, oranye, kuning, biru, dan coklat. Kelompok penting senyawa kimia pewarna alami adalah karotenoid, flavonoid, tetrapirroles, dan xantofil. Pewarna alami dapat digunakan pada industri tekstil, makanan, farmasi, kosmetik, kerajinan dan penyamakan kulit. Peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, menjadikan pewarna alami sebagai pewarna yang dianjurkan, disamping itu produk industri dengan pewarna alami memiliki pasar yang baik. Kata Kunci pewarna alami, sumber, senyawa kimia, kegunaan ABSTRACTIn general, synthetic dyes have several advantages, among others; a variety of colors with wide color range, availability is assured, bright, stable, not easily fade, resistant to various environmental conditions, strong coloring power, easily available, cheap, economical, and easy to use. However, the use of synthetic dyes can cause health and environmental problems as well as the unfavorable impact of all forms of life. Natural dyes are non-toxic, biodegradable, and environmentally friendly. The main sources of natural dyes are plants and microorganisms, which produced a variety of colors such as; red, orange, yellow, blue, and brown. An important group of chemical compounds of natural dyes are carotenoids, flavonoids, tetrapirroles, and xantophylls. Natural dyes can be used in the textile industry, food, pharmaceutical, cosmetics, handicrafts and leather tanning. Increased concern for health and the environment to make natural dyes for coloring the main alternative to synthetic dyes, in addition to products with natural dyes have a good market. Keywords natural dyes, source, chemical compounds, usabilityPerancangan Busana Casual Wanita Dari Bahan Jumputan Dipadu Bahan LurikT PrihatinS M KusumasariT. Prihatin and S. M. Kusumasari, "Perancangan Busana Casual Wanita Dari Bahan Jumputan Dipadu Bahan Lurik," J. Socia Akad., vol. 6, no. 1, pp. 1-8, 2020, [Online]. Available Adalah Industri Paling Banyak Menghasilkan Polusi di DuniaS SaxS. Sax, "Fashion Adalah Industri Paling Banyak Menghasilkan Polusi di Dunia," 2018. shion-adalah-industri-paling-banyakmenghasilkan-polusi-di-dunia accessed Dec. 01, 2022.A New Textiles Economy Redesigning Fashion's FutureEllen Macarthur FoundationEllen Macarthur Foundation, "A New Textiles Economy Redesigning Fashion's Future." accessed Dec. 22, 2022.Pemanfaatan Daun Mimba Sebagai Zat Warna Alam TekstilE Septianti PutriD WidihastutiE. Septianti Putri and D. Widihastuti, "Pemanfaatan Daun Mimba Sebagai Zat Warna Alam Tekstil," pp. 1-12, 2019, [Online]. Available Kualitatif Teknik Analisis Data DeskriptifKhasanah Latifah UswatunLatifah Uswatun Khasanah, "Penelitian Kualitatif Teknik Analisis Data Deskriptif," wibesite, 2021. accessed Dec. 23, 2022.8 Pengertian Penelitian Deskriptif Menurut Para AhliKrisnanKrisnan, "8 Pengertian Penelitian Deskriptif Menurut Para Ahli," wibesite, 2022. Jurnal Da Moda accessed Dec. 22, 2022.Pengertian Data Serta Definisi Data Menurut Para Ahli -Definisi dan Pengertian Menurut "Pengertian Data Serta Definisi Data Menurut Para Ahli -Definisi dan Pengertian Menurut Ahli," 2016. accessed Dec. 22, 2022.Pengaruh Mordan Air Kelapa Pada Pencelupan Bahan Katun Menggunakan Ekstrak Umbi Temulawak Curcuma Xanthorriza RoxbS MartalindaAvailable 044943%0A [12] S. MARTALINDA, "Pengaruh Mordan Air Kelapa Pada Pencelupan Bahan Katun Menggunakan Ekstrak Umbi Temulawak Curcuma Xanthorriza Roxb," E-Journal Home Econ. Tour., vol. 2, no. 1, pp. 1-16, Jenis Zat Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Tekstil Katun, Sutera, Satin Menggunakan Zat Warna Biji Buah Durian Durio zibethinus MurrayD A YonandaD. A. Yonanda, "Pengaruh Jenis Zat Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Tekstil Katun, Sutera, Satin Menggunakan Zat Warna Biji Buah Durian Durio zibethinus Murray," Tugas Akhir Skripsi, vol. 6, no. 1, pp. 1-148, 2019.

Pewarnaalam Biru Indigo dari daun Indigofera tinctoria merupakan zat warna paling populer karena memiliki sifat tidak mudah pudar dibanding pewarna alam lainnya. Pewarna alam Biru Indigo terfiksasi semakin kuat di kain dengan adanya oksigen udara. Kimia Zat Warna / Chemical Dyes 0621 Macam-macam Zat Warna Kimia Zat warna Tekstil Dalam kerajinan tekstil, ada beberapa keteknikan yang menggunakan bahan pewarna antara lain teknik batik, cetak saring, tenun, tapestri, renda, dan rajut. Zat warna tekstil dapat digolongkan menurut cara perolehannya yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis. Sebelum kita mengenal zat warna terlebih dahulu kita mengenal warna menurut spektrum atau panjang gelombang yang terserap. 1. Pengertian Warna Daerah tampak dari spektrum terdiri dari radiasi elektromagnetik yang terletak pada panjang gelombang antara 4000 Angstrum 400 nm sampai 8000 Angstrum 800 nm dimana 1 Angstrum = 10-8 cm = 0,1 nano meter. Sedangkan radiasi penyinaran di bawah 4000 Angstrum tidak akan tampak karena terletak pada daerah ultra violet, dan di atas 8000 Angstrum adalah daerah infra merah juga tidak tampak oleh mata. Radiasi yang tersebar secara merata antara 4000 Å- 8000 Åakan tampak sebagai cahaya putih, yang akan terurai dalam warna-warna spektrum bias dengan adanya penyaringan prisma. Warna-warna spektrum berturut-turut adalah Violet, Indigo, Biru, Hijau, Kuning, Jingga dan Merah. Untuk lebih jelasnya lihat tabel spektrum di bawah Panjang gelombang ? lamda Warna terserap Warna tampak 4000 – 4350 4350 – 4800 4800 – 4900 4900 – 5000 5000 – 5600 5600 – 5800 5800 – 5950 5950 – 6050 6050 – 7500 Violet Biru Hijau – Biru Biru– Hijau Hijau Kuning – Hijau Kuning Jingga Merah Kuning – Hijau Kuning Jingga Merah Ungu Violet Biru Hijau – Biru Biru - hijau 2- Percampuran warna Hampir semua warna yang terdapat dalam bahan tekstil dapat diperoleh dengan cara mencampurkan tiga jenis zat warna. Untuk dapat memahami hal ini diperlukan pengertian tentang sifat-sifat warna primer dan jenis-jenis penyempurnaan. Spektrum yang tampak dalam pelangi mengandung beraneka warna dari Merah, jingga, kuning, hujau, biru dan lembayung. Warnawarna tersebut diperoleh dengan cara melewatkan cahaya putih melalui prisma. Sebaliknya warna spektrum tersebut mudah digabungkan lagi dengan prisma menjadi cahaya putih. Tetapi cahaya putih dapat pula diperoleh dengan cara menggabungkan tiga jenis cahaya yakni merah, hijau dan biru. Ketiga cahaya tersebut disebut cahaya primer. Hal ini dapat dilihat pada diagram komposisi cahaya primer ideal. Pencampuran cahaya dapat menghasilkan warna putih disebut proses pencampuran warna secara aditif. Dalam percobaan dengan menggunakan filter-filter warna yang sesuai, kemudian mencampur ketiga warna tersebut pada layar putih. Dengan percobaan tersebut akan terlihat bahwa pada dua pasang cahaya primer akan menghasilkan warna-warna sekunder seperti berikut Merah + Biru = Magenta Merah + Hijau = Kuning Biru + Hijau = Sian Sedangkan pada pencampuran warna subtraktif akan terjadi pada peristiwa pencelupan dan printing. Hasil yang diperoleh berbeda dengan pencampuran warna secara adaptif. Pencampuran warna secara subtraktif yaitu digunakan warna – warna sekunder. Dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut. 3- Zat warna alam natural dyes Zat warna alam natural dyes adalah zat warna yang diperoleh dari alam/ tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, proses pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat Tawas/Al. Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga. Tumbuhan penghasil warna alam selain tersebut di atas, sampai saat ini sudah ditemukan sekitar 150 jenis tumbuhan yang diteliti oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Tanaman lain diantaranya Morinda citrifolia Jawa pace, mengkudu, Hawai noni, menghasilkan warna merah dari kulit akar, warna soga dihasilkan oleh tiga jenis tanaman yang digabungkan atau diekstrak bersama-sama antara Ceriops condolleana Jawa tingi, Pelthopherum pterocarpum Jawa jambal dan Cudrania javanensis Jawa tegeran dicampur menjadi satu, dengan perbandingan 421 yang berasal dari kayu atau kulit kayunya. 4- Zat warna sintetis synthetic dyes Zat warna sintetis synthetic dyes atau zat wana kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat Warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara coal, tar, dyestuff yang merupakan cairan kental berwarna hitam dengan berat jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari despersi karbon dalam minyak. Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa dari bentuk yang paling sederhana misalnya benzena C6H6 sampai bentuk yang rumit mialnya krisena C18H12 dan pisena C22Hn. Macam-macam zat warna sintetis antara lain 1- Zat warna Direk 2- Zat warna Asam 3- Zat warna Basa 4- Zat warna Napthol 5- Zat warna Belerang 6- Zat warna Pigmen 7- Zat warna Dispersi 8- Zat warna Bejana 9- Zat warna Bejana larut Indigosol 10- Zat warna Reaktif Tidak semua zat warna sintetis bisa dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan, karena ada zat warna yang prosesnya memerlukan perlakuan khusus, sehingga hanya bisa dipakai pada skala industri. Tetapi zat warna sintetis yang banyak dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan. Iniuntuk menghindari zat kimia dari pewangi yang bisa merusak warna batik. Ini akan menjaga agar batik tidak cepat pudar. Hindari parfum Memakai wewangian seperti parfum saat memakai batik tidak dianjurkan. Kandungan pewarna alami pada batik printing bisa rusak karena kandungan kimiawi parfum yang bersentuhan langsung dengan warnanya. Jawabanagar proses pewarnaan dengan bahan alami tidak pudar langkah awal yang dilakukan adalah proses fiksasi biasain b indo kak, kalo platform nya banyak orang indo. Siapa tau ada yang ga ngerti omongan kakak lmao, there are uneducated people here
C Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui beberapa zat pewarna alami tekstil dari tumbuhan. 2. Untuk mengetahui teknik penggunaan zat warna alami pada proses pewarnaan kain. 3. Untuk mengetahui keunggulan zat warna tekstil yang alami dibanding dengan zat warna tekstil sintentik.
Jakarta - Ketika membeli pakaian, biasanya tertera label petunjuk perawatan, mulai dari cara mencuci hingga menyetrika, agar bahan dan warnanya lebih tahan lama. Sebab, beberapa jenis bahan pakaian menggunakan zat pewarna yang bisa luntur sehingga warnanya cepat pudar. Sama seperti kulit atau rambut, pakaian juga terpengaruh oleh lingkungan, bahan kimia, dan cara kita merawat, mencuci, mengeringkan, atau menyimpannya. Pakaian juga terpengaruh dengan perubahan cuaca, suhu, dan luntur dan memudar ketika zat pewarna hilang dari serat pakaian. Biasanya, pakaian luntur karena terlalu banyak diwarnai agar terlihat bagus di toko atau jenis pewarna yang buruk. Beberapa pewarna mentransfer warna ketika mereka bergesekan dengan permukaan lain atau larut saat kain basah. Selain itu, bahan kimia dapat melepaskan atau memutihkan warna, seperti halnya sinar ultraviolet. Biasanya terdapat petunjuk di label produk. Jika melihat peringatan seperti “warna dapat luntur”, “jangan gunakan deterjen”, “cuci sebelum dipakai”, atau “gunakan air dingin”, kemungkinan warna cantik tersebut dapat memudar. Jika label tidak menyebutkan peringatan ini, pakaian kemungkinan tahan luntur. Selain itu, kain sintetis mempertahankan warna lebih baik daripada serat alami, seperti kapas atau wol, tipd mencuci pakaian agar warnanya tahan lama. Ada beberapa cara agar warna asli pakaian bisa bertahan lebih lama. Untuk mencuci tanpa khawatir, gunakan tips ini untuk mengurangi memudar dan luntur. - Pisahkan warna cerah dan pastel dari pakaian berwarna gelap, lalu cuci warna serupa bersama-sama-Jika ada pewarna yang terlepas, pewarna tersebut tidak akan menghitamkan pakaian lain. Balikkan pakaian dari dalam ke luar untuk mengurangi gesekan yang menyebabkan pakaian luntur di luar. Cobalah dan cuci tangan dengan lembut untuk pakaian halus, khususnya atasan dan T-shirt, ini juga membantupakaian agar tidak kehilangan kain berat... 12 Selanjutnya
BapakJualan Bakso Pink Pakai Pewarna Alami Jadi Langganan Anak Kecil. Haqia Ramadhani. Unik bakso dengan warna pink. (TikTok/fawwazardian) Bakso jadi makanan favorit masyarakat Indonesia. Kita bisa dengan mudah menemui bakso dimana saja. Jika biasanya bakso berwarna putih pucat tetapi ada juga loh bakso yang diberi pewarna lain.
Pewarna pada bahan tekstil telah dikenal di negeri Cina, India, dan Mesir sejak tahun 2500 sebelum masehi. Pada umumnya, pewarna bahan tekstil dikerjakan dengan zat-zat warna yang berasal dari alam, misalnya dari tumbuh-tumbuhan, binatang, dan mineral-mineral. Di Indonesia pewarna alam terbagi dalam periode sebelum tahun 1856, sesudah tahun 1856-1995, dan setelah tahun 1995 hingga masa yang akan datang Sunarto, 2008 71. Zat warna merupakan bahan pewarna yang dapat larut dalam air atau menjadi bahan yang dapat larut dalam air dan mempunyai daya tarik terhadap serat. Sementara Chatib W 1980 47 menyebutkan bahwa zat warna adalah semua zat berwarna yang mempunyai kemampuan untuk dicelupkan pada serat tekstil dan mudah dihilangkan kembali. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa zat warna adalah bahan pewarna yang mempunyai kemampuan untuk dicelupkan dan daya tarik terhadap serat serta dapat dihilangkan kembali. Isminingsih dalam Fitrihana 2007 1 penggolongan zat warna tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu pertama, Zat Pewarna Alam ZPA yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Kedua, Zat Pewarna Sintetis ZPS yaitu zat warna buatan atau sintetis 18 dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan dasar arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naflasena, dan anstrasena. Van Croft menggolongkan zat warna berdasarkan pemakaiannya yaitu, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnai serat disebut sebagai zat warna substantif dan zat warna yang memerlukan zat-zat pembantu supaya dapat mewarnai serat disebut zat reaktif. Kemudian Henneck membagi zat warna menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkannya, yakni zat warna motogenetik apabila hanya memberikan satu warna dan zat warna poligenatik apabila dapat memberikan beberapa warna. Penggolongan zat warna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan konstitusi struktur molekul dan berdasarkan aplikasi cara pewarnaannya pada bahan, misalnya di dalam pencelupan dan pencapan bahan tekstil, kulit, kertas dan bahan-bahan lain. Penggolongan lain yang biasa digunakan terutama pada proses pencelupan dan pencapan pada industri tekstil adalah penggolongan berdasarkan aplikasi cara pewarnaan. Zat warna tersebut dapat digolongkan sebagai zat warna asam, basa, direk, dispersi, pigmen, reaktif, solven, belerang, bejana, dan lain-lain Agustina, 2012 56. Sunarto 2008154-155 mengemukakan bahwa zat warna dapat digolongkan menurut cara diperolehnya, yaitu zat warna alam dan zat warna sintetik. Berdasarkan sifat pencelupannya, zat warna dapat digolongkan sebagai zat warna substantif, yaitu zat warna yang langsung dapat mewarnai serat dan zat warna ajektif, yaitu zat warna yang mengeluarkan zat pembantu pokok untuk dapat mewarnai serat. Berdasarkan warna yang ditimbulkan zat warna digolongkan 19 menjadi zat warna monogenetik yaitu zat warna yang hanya memberikan arah satu warna dan zat warna poligenetik yaitu zat warna yang memberikan beberapa arah warna. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan susunan kimia atau inti zat warna tersebut, yaitu zat warna- nitroso, belerang, bejana, naftol, dispersi, dan reaktif. Zat Warna Alam Zat warna alam merupakan zat pewarna yang digunakan pada pewarnaan kain batik menggunakan bahan baku alam bersumber dari tumbuh-tumbuhan di sekitar lingkungan yang berasal dari bagian akar, rimpang, kulit kayu, getah, daun, dan buah seperti Vaccium sp., M. Citrifolia, C. Domestica, Zyzygium sp., Ziziplus sp., dan Gmelina sp dari tumbuhan tersebut dapat menghasilkan warna merah, kuning, dan hitam Harbeluben, 2005 281. Zat warna alam natural dyes adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat warna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, proses pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat tawas. Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian daun, buah, kulit kayu, kayu atau bunga Budiyono, 2008 69. Keunggulan kain yang menggunakan pewarna alam adalah kain tersebut akan kontras dipandang, terasa sejuk, dan menyehatkan kornea mata. Selain itu warna-warna yang dihasilkan dari proses pewarna alami cenderung menampilkan kesan luwes, lembut, dan tidak akan menghasilkan nada warna yang sama. Warna yang dihasilkan lebih elegan, bercita rasa tinggi dan mengurangi pencemaran lingkungan Sutara, 2009 218. 20 Beberapa data tanaman alam dan warna yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Data Tanaman Alam dan Warna yang Dihasilkan Sumber Jenis Warna Tanaman Daun Tom Indigofera – Tinctoria Buah Biji Somba Bixa Orellana Kayu Secang Caisi pinia sappan L. Buah Pinang/ Jambe Areca catechu L. Kulit Kayu Mahoni Swietinia mahagoni JACQ Kulit Kayu Tingi Ceriops tagal PERR Daun Mangga Mangifera indica LINN Bunga Sri Gading Nyclanthes arbortritis L Sumber Data Kriya Tekstil Jilid 1, Budiyono 200870 Zat Warna Sintetis Zat Pewarna Sintetis ZPS yaitu zat warna buatan atau sintetis dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena, 21 dan antrasena. Keunggulan zat warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh, ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam-macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya Fitrihana, 2007 1. Jenis zat warna sintetis untuk tekstil cukup banyak, namun hanya beberapa di antaranya yang dapat digunakan sebagai pewarna batik. Adapun zat warna yang biasa dipakai untuk mewarnai antara lain napthol, indigosol, dan rapide Dewi, 2017 683. Gambar Pewarna Tekstil Remasol Sumber Genjer Limnocharis flava Sebagai Pewarna Alam Tanaman Genjer Limnocharis flava Tanaman genjer berasal dari Amerika, bahasa internasional genjer dikenal sebagai limnocharis, sawah flower rush, sawah-lettuce, velvetleaf, yellow bur-head, atau icebolla de chucho. Tumbuhan ini tumbuh di permukaan perairan dengan akar yang masuk ke dalam lumpur. Tinggi tanaman genjer dapat mencapai setengah meter, memiliki daun tegak atau miring, tidak mengapung, batangnya panjang dan berlubang, dan bentuk helainya bervariasi. Genjer memiliki mahkota bunga berwarna kuning dengan diameter 1,5 cm dan kelopak bunga berwarna hijau Steenis, 1975 105-106. 22 Gambar Genjer Limnocharis flava Tanaman genjer biasa hidup di air, sawah ataupun rawa-rawa. Tanaman ini mempunyai akar serabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini bukan berasal dari calon akar yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut, dinamakan akar serabut radix adventicia. Tanaman genjer merupakan tanaman yang mempunyai daun yang termasuk kategori daun lengkap, memiliki ujung daun meruncing dengan pangkal yang tumpul, tepi daun rata, panjang 5-50 cm, lebar 4-25 cm, pertulangan daun sejajar, dan berwarna hijau. Batang tanaman genjer memiliki panjang 5-75 cm, tebal, berbentuk segitiga dengan banyak ruas udara, terdapat pelapis pada bagian dasar. Berdasarkan pada letaknya, bunga pada tanaman genjer ini terdapat di ketiak daun flos lateralis atau flos axillaries, majemuk, berbentuk payung, terdiri dari 3-15 kuntum, kepala putik, bulat, ujung melengkung ke arah dalam, dan berwarna kuning Anonim, 2009. 23 Bentuk ujung daun tanaman genjer Limnocharis flava ada yang runcing dan membulat, hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Daun memiliki sifat plastis, karena sifat plastis merupakan sifat mudah berubah dipengaruhi keadaan lingkungan, yang bertujuan untuk memaksimalkan kerja fungsi fisiologis daun seperti fotosintesis dan respirasi. Selain itu bentuk daun juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan gen. Warna daun di dataran rendah didominasi hijau tua dan pada dataran sedang berwarna hijau kekuningan, hal ini dikarenakan adanya pigmen kloroplas pada daun antar aksesi Chaidir, 2016 56-57. Tanaman genjer Limnocharis flava merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Ada dua macam bahan pangan, yaitu bahan pangan hewani dan nabati. Bahan pangan nabati ada yang berasal dari tumbuhan rendah dan tumbuhan tinggi dapat diperoleh dari hasil hutan yang berupa buah-buahan, dedaunan, dan biji-bijian. Dalam hal ini tanaman genjer Limnocharis flava termasuk bahan pangan sayur-sayuran yang dapat dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pangan Sunarti, 2007 89. Genjer Limnocharis flava merupakan salah satu tumbuhan air yang berpotensi sebagai alternatif antioksidan alami, karena antioksidan terdapat dalam beberapa bentuk seperti vitamin, mineral dan fitokimia Nurjanah, 2014 185. Peningkatan presentasi kadar protein pada daun dan batang genjer setelah pengukusan terjadi karena adanya penguraian tanin pada daun dan batang genjer. Kandungan gizi dan mineral secara lengkap tersaji dalam tabel berikut. 24 Tabel Kandungan Gizi Tanaman Genjer Kandungan Gizi Banyak Kandungan Gizi Daun Genjer Batang Genjer Kadar Air 91,51 % 94,35 % Kadar Abu 1,70 % 1,22 % Kadar Lemak 1,18 % 1,15 % Kadar Protein 2,85 % 0,92 % Serat Kasar 1,04 % 0,75 % Wisnu, 2012 63 Tabel Kandungan Mineral Tanaman Genjer Kandungan Mineral Banyak Kandungan Mineral Kalium 256, 18 mg/ 100 g Kalsium 54,1 mg/ 100 g Magnesium 5,5 mg/ 100 g Tembaga 0,613 mg/ 100 g Fosfor 30,46 mg/ 100 g Natrium 6,54 mg/ 100 g Seng 1,24 mg/ 100 g Besi 15,71 mg/ 100 g Wisnu, 2012 63 Klasifikasi Tanamn Genjer Limnocharis flava Kedudukan tanaman genjer dalam tanaman diklasifikasikan menurut Plantamor 2008 sebagai berikut. Kingdom Plantae Subkingdom Tracheobionta Superdivisi Spermatophyta Divisi Magnoliophyta Kelas Liliopsida Ordo Alismatales Famili Limnocharitaceae Genus Limnocharis 25 Spesies Limnocharis flava Kandungan Zat Warna Genjer Limnocharis flava Pigmen adalah zat pewarna alami yang merupakan golongan senyawa berasal dari hewan atau tumbuhan, sebagaian besar pigmen warna dapat diperoleh dari produk tumbuh-tumbuhan, di dalam tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul warna yang berbeda tergantung struktur kimia yang terdapat pada tumbuhan tersebut. Golongan pigmen tumbuhan dapat berbentuk klorofil, karetonoid, flavonoid dan kuinon Lemmens et al., dalam Santa, 2015 60. Genjer Limnocharis flava memiliki kandungan pigmen zat warna alam karotenoid dan flavonoid sebagai berikut. 1. Karotenoid Winarno dalam Widowati 2011 168 mengemukakan bahwa sayuran hijau banyak mengandung karoten sumber vitamin A. Ada hubungan langsung antara derajat kehijauan sayuran dengan kadar karoten. Semakin hijau semakin tinggi kadar karotennya, daun-daun yang pucat diketahui miskin karoten. Karotenoid adalah sekelompok pigem berwarna kuning, jingga, merah yang ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang atau kerangka luar eksoskeleton hewan air serta hasil laut lainnya. Karotenoid alami memberikan pigmen warna secara alami pada tumbuhan seperti buah-buahan dan sayuran. Sumber yang kaya karetonoid adalah sayuran bewarna hijau tua dan buah-buahan berwarna jingga. Karotenoid bersifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam lemak. Karotenoid stabil pada pH netral, alkali namun tidak stabil pada kondisi asam, adanya udara atau oksigen, cahaya dan panas. Karotenoid tidak stabil karena
Salahsatu sumber daya alam yang dapat digunakan dalam industri batik adalah zat pewarna alam (ZPA). Proses penggunaan warna-warna alam dalam teknik batik ternyata sudah dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun temurun sampai ditemukan warna sintetis yang dipandang praktis dan ekonomis. Proses pewarnaan kain adalah proses ke-dua setelah

Zat warna alamZat warna alam natural dyes adalah zat warna yang diperoleh dari alam/ tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, proses pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat Tawas/Al.Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga, contoh terlihat pada Tabel penghasil warna alam selain tersebut di atas, sampai saat ini sudah ditemukan sekitar 150 jenis tumbuhan yang diteliti oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Tanaman lain diantaranya Morinda citrifolia Jawa pace, mengkudu, Hawai noni, menghasilkan warna merah dari kulit akar, warna soga dihasilkan oleh tiga jenis tanaman yang digabungkan atau diekstrak bersama-sama antara Ceriops condolleana Jawa tingi, Pelthopherum pterocarpum Jawa jambal dan Cudrania javanensis Jawa tegeran dicampur menjadi satu, dengan perbandingan 421 yang berasal dari kayu atau kulit tiga tahap proses pewarnaan alam yang harus dikerjakan yaitu proses mordanting proses awal/pre-treatment, proses pewarnaan pencelupan, dan proses fiksasi penguatan warna. Proses mordanting proses awal/pre-treatmentMordanting Kain SuteraResep500 gram kain sutera 100 gram tawas15 liter airProsedur mordanting• Kain sutera ditimbang. • Tawas dilarutkan dalam air sambil diaduk-aduk sampai larut 0sempurna dengan dipanaskan sampai 60 C. • Kain sutera dimasukkan ke dalam larutan tawas yangsebelumnya kain dibasahi dengan air biasa dan diperas, suhu dipertahankan stabil ± 60 0 C.• Pemanasan dilanjutkan dengan api kecil sampai 1 jam. • Api dimatikan dan didiamkan dalam larutan hingga 24 jam. • Sutera diangkat dan cuci bersih keringkan, Dasar TekstilTabel 3Data tanaman alam dan warna yang dihasilkanSUMBERJENISWARNA TANAMANBuah BijiJingga Bixa OrellanaSombaKayuMerah Caisl Pinia sappanSecangL.Buah Pinang /Jambe Coklat Areca catechu L.Kulit KayuMerah muda Swietinia mahagoniMahoniJACQKulit KayuCoklat Merah Ceriops tagalHijau/ olive Mangifera indica -Kuning Nyclanthes arborSri Gadingtritis LBahan Dasar TekstilUntuk Kain KatunResep500 gram kain katun 100 gram tawas30 gram soda abuProsedur mordanting katun• Tawas dan soda abu dilarutkan dalam 15 liter air, panaskansampai mendidih. • Kain dimasukkan ke dalam larutan mordan yang sebelumnya dibasahi dengan air dan diaduk-aduk selama 1 jam. • Api dimatikan dan didiamkan dalam larutan hingga 24 jam. • Diangkat dan cuci bersih tanpa sabun atau tambahanlainnya keringkan dan Proses pewarnaan pencelupanSebelum dilakukan pewarnaan, bahan zat warna alam seperti kayu, kulit kayu atau biji dilakukan proses ekstraksi dengan bahan pewarna alam• Bahan dari biji, contohnya Bixa orellana somba sebanyak 250 gram ditambah air 5 liter air abu atau soda abu 2 gram hingga PH 7,5– bersama–sama selama 1 jam, disaring dan siap untuk mewarnai kain.• Untuk bahan dari kayu secang, tingi, tegeran, atau yang lainnya, 1 kg kayu/bahan pewarna ditambah 5 liter air rebus selama 1 jam, saring dan siap untuk mewarnai.• Untuk daun 1 kg daun Alpukat, jambu biji, puring, dsb ditambah air6 liter, rebus 1 jam atau sampai air menjadi 4,5 liter, saring dan siap untuk pewarnaan sebagai berikut• Kain yang telah dimordan, dilakukan pengikatan untuk teknik ikat celup atau pembatikan terlebih dahulu kemudian dicelupkan ke dalam larutan TRO 1 gram / liter dan tiriskan.• Masukkan kain ke dalam larutan ekstraksi zat warna, sambil dibolak- balik sampai rata dan direndam selama 15 menit. • Kain diangkat dan tiriskan, kemudian buka ikatannya untuk teknik ikat, keringkan dengan posisi melebar diangin-anginkan sampai kering. Pewarnaan diulang minimal 3 kali Dasar Proses fiksasi penguat warnaAda 3 jenis bahan fiksasi yang sering digunakan karena aman penggunaannya terhadap lingkungan, bahan fiksasi selain menguatkan ikatan zat warna alam dengan kain juga sangat menentukan arah warna yang berbeda. Tawas menghasilkan warna muda sesuai warna aslinya, kapur menengah atau arah kecoklatan, tunjung arah yang lebih tua atau mengarah ke warna hitam. Adapun Resep fiksasi sebagai berikut• Tawas50 gram/liter air• Kapur50 gram/liter air• Tunjung 5 -10 gram/liter airCara fiksasi • Menimbang tawas 50 gram untuk dilarutkan ke dalam 1 literair. • Apabila ingin membuat 3 liter larutan tawas maka timbang 50gram x 3 = 150 gram tawas. • Letakkan larutan ini ke dalam ember plastik. Begitu juga untuk kapur dan tunjung dengan cara yang sama • Kain yang sudah diwarna dan sudah dikeringkan, masukkan kedalam larutan tawas atau kapur atau tunjung kurang lebih 7,5 menit untuk tawas dan kapur, dan untuk tunjung 3 menit.• Setelah itu cuci sampai bersih dan keringkan. • Untuk pencucian lebih bersih bisa direbus dengan air suhu 060 C dengan ditambah sabun Attack atau TRO selam a10 menit, cuci lagi dengan air dingin. • Keringkan ditempat teduh dan Pelepasan lilin batik menggunakan zat warna alam menggunakan soda abu sebagai alkalinya, tidak menggunakan waterglass.

Ndr1.
  • 1j9ivpipw1.pages.dev/200
  • 1j9ivpipw1.pages.dev/32
  • 1j9ivpipw1.pages.dev/75
  • 1j9ivpipw1.pages.dev/380
  • 1j9ivpipw1.pages.dev/78
  • 1j9ivpipw1.pages.dev/346
  • 1j9ivpipw1.pages.dev/147
  • 1j9ivpipw1.pages.dev/301
  • 1j9ivpipw1.pages.dev/315
  • agar zat pewarna alam tidak pudar